![]() |
PRESENTASI: Aulia Sukma Nurwanda (tengah) saat menerima pertanyaan dari tim juri atas produknya Otak-Otak Bandeng Auk Sukma - Foto Dok PT Adaro Indonesia. |
TOPRILIS.COM, KALSEL - Ratusan pelaku UMKM di Kabupaten Tabalong beradu inovasi dan strategi bisnis dalam ajang Adaro Spectapreneur 6.0 tahun 2025. Penilaian presentasi bisnis berlangsung mulai Senin (25/8) hingga 28 Agustus 2025 di Kantor PLUT KUMKM Tabalong, menyaring 102 peserta dengan ragam ide produk unik dan solutif.
Program ini menjadi wadah pembinaan dan seleksi bagi para pelaku usaha lokal untuk tampil di Bazar Inovasi UMKM yang akan digelar di Tanjung Expo Center pada 6–13 September 2025. Di akhir acara, 20 UMKM terbaik akan diumumkan dan berhak atas hadiah uang pembinaan.
![]() |
Muhammad Zainuddun (kiri) saat memaparkan dan memperkenalkan produk Oteode. |
Tahun ini, Adaro Spectapreneur mengusung tema "UMKM Inovatif Penggerak Ekonomi Berkelanjutan." Pada hari Senin (25/8), tiga juri dilibatkan dalam penilaian, yakni CSR Section Head PT Adaro Indonesia Yuri Budhi Sujalmi, Kepala BPOM Tabalong Taufiqurrohman, dan perwakilan Bank BPR Tabalong, Arif.
Salah satu presentasi yang mencuri perhatian datang dari Aulia Sukma Nurwanda dengan produk olahan ikan bandeng bertajuk Auk Sukma. Ia memperkenalkan otak-otak bandeng yang 100 persen terbuat dari ikan tanpa tambahan tepung, menggunakan kaldu jamur sebagai penguat rasa, dan dapat disimpan lama dengan sistem beku tanpa pengawet.
“Kami ingin menjadikan otak-otak bandeng ini sebagai ikon kuliner nusantara. Kami sudah mulai produksi sejak Agustus dengan kapasitas 25 ekor bandeng per minggu,” ujarnya.
Aulia juga menyampaikan harapannya agar bisa mendapatkan akses mentoring, pelatihan berkala, sertifikasi halal, dan kemitraan dalam distribusi bahan baku.
Menanggapi hal tersebut, Kepala BPOM Tabalong, Taufiqurrohman, menawarkan bantuan pengurusan izin edar secara gratis melalui kerja sama dengan Adaro dan mitra kerjanya.
Cerita menarik lainnya datang dari Rima Maulida dengan produk Bingka Mungil, kue tradisional khas Banjar yang dikemas dengan tampilan kekinian. Bingka mungil dijual seharga Rp2.000 per empat biji dengan kemasan daun pisang yang higienis dan ramah lingkungan.
“Saya ingin generasi muda kembali mencintai kue tradisional. Makanya saya buat dalam ukuran kecil agar menarik perhatian mereka,” jelas Rima.
Produk ini baru berjalan selama empat bulan, dan sudah memiliki NIB. Rima berharap ke depan bisa memperluas varian rasa serta merekrut tenaga kerja tambahan. Kemasan alami yang digunakan pun mendapat apresiasi dari Yuri Budhi Sujalmi.
“Usaha ini punya nilai tambah dari sisi kemasan yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Sementara itu, Muhammad Zainuddin tampil dengan produk Oteode, kerajinan tangan berbahan dasar fly ash—limbah industri PLTU. Zainuddin melihat peluang dari limbah ini untuk diolah menjadi produk bernilai seni tinggi.
“Kami bekerja sama langsung dengan PLTU, dan sudah mendapat izin pengelolaan limbah. Kita manfaatkan sebagai produk kreatif dan inovatif, bahkan bisa dijadikan sebagai cenderamata khas Tabalong,” ungkapnya.
Ke depan, ia merencanakan pengembangan wisata edukasi pembuatan kerajinan dari fly ash agar bisnisnya juga memiliki nilai sosial dan edukatif.
Para peserta yang lolos seleksi tahap presentasi akan lanjut tampil dalam bazar UMKM mendatang. Ajang ini menjadi wadah pengembangan kapasitas pelaku UMKM lokal dalam membangun bisnis berkelanjutan dan bisa berdampak luas bagi ekonomi daerah.(PT Adaro Indonesia/elh)