![]() |
HARU BAHAGIA: 19 penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) akan menempuh studi di IPB University, Bogor. Pelepas berlangsung haru dan bahagia - Foto Dok PT Adaro Indonesia. |
TOPRILIS.COM, KALSEL - Jika Alif, dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi, merantau bersama sepatu hitamnya untuk menaklukkan dunia, maka anak-anak penerima Beasiswa Utusan Daerah melangkah pergi membawa sejuta asa. Di pundak mereka tumbuh tanggung jawab baru. Mimpi-mimpi yang dulu tersimpan dalam angan, kini terasa nyata untuk dikejar dan diwujudkan.
Pagi itu, suasana haru pecah menyelimuti Kantor Adaro Dahai, Rabu (30/7). Para orang tua dan keluarga berdiri memandangi anak-anak mereka bersiap menempuh pendidikan tinggi.
Tak sedikit yang menitikan air mata, mereka tak menyangka, anak-anaknya telah tumbuh dewasa. Wajah yang biasa mereka lihat setiap hari kini hanya bisa disapa lewat layar ponsel. Suara tawa dan candanya yang akrab menggema mengisi setiap sudut rumah, akan menjadi rindu yang tersimpan hingga tiba waktu kembali nanti.
Pelukan hangat menjadi pengantar. Sambil menyeka air mata, anak-anak memohon restu dan doa kepada orang tua, bersiap menimba ilmu di pulau seberang. Orang tua dapat sedikit lega, karena perjalanan anak-anak mereka tidak sendiri. Tahun ini, terdapat 19 penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) yang akan menempuh studi di IPB University, Bogor.
“Dari sekian ratus pendaftar, tahun ini ada 19 penerima program BUD IPB yang tersebar dari Tabalong, Balangan, HSU, Bartim, Barsel, dan Barito Kuala,” jelas Aan Nurhadi, CSR Section Head PT Adaro Indonesia.
Para orang tua pun tidak perlu khawatir, karena beasiswa yang diberikan tak hanya mencakup biaya pendidikan, melainkan juga biaya hidup, asrama, kesehatan, bantuan skripsi, hingga biaya co-ass bagi mahasiswa kedokteran hewan. Seluruh dukungan ini diberikan maksimal lima tahun studi.
Acara hari itu tak hanya pelepasan keberangkatan, namun para mahasiswa penerima BUD juga dibekali pesan dan komitmen yang perlu dijaga. Aan menekankan bahwa hidup di perantauan nanti akan sangat berbeda, terutama karena tidak ada lagi peran orang tua dalam mengawasi secara langsung.
“Kami berharap teman-teman berkomitmen menyelesaikan studi. Pergaulan juga perlu diperhatikan. Hidup itu punya tanggungjawab moral yang harus dijaga,” pesan Aan.
Meski jauh, pemantauan tetap dilakukan secara berkala. Aan menuturkan, pihaknya akan terus melakukan monitoring yang dilakukan minimal satu bulan sekali via daring, termasuk dengan IPB untuk memantau perkembangan studi.
“Atau bisa lewat chat. Kami terbuka setiap saat jika ada informasi atau kendala apapun yang ingin disampaikan,” ungkapnya kepada para mahasiswa.
Salah satu alumni, Aldi Alparando, turut hadir berbagi pengalaman. Ia merupakan penerima BUD IPB tahun 2016 yang kini telah bekerja di PT Adaro Indonesia. “Sebagai penerima beasiswa, kita harus berpacu pada dua hal, nilai dan waktu,” ujarnya.
Aldi menekankan pentingnya terus meningkatkan nilai akademik dan menyelesaikan studi tepat waktu. Ia juga mengingatkan agar tidak terlena dengan kehidupan baru yang mungkin jauh berbeda dengan daerah asal.
“Gunakan waktu enam bulan pertama untuk mengenal cara belajar. Beradaptasi dengan lingkungan asrama dan kampus yang sangat beragam. Kita ke sana bukan hanya kuliah, tetapi belajar hidup mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri,” pesan Aldi.
Mobil perlahan mulai melaju. Para orang tua bersiap melambaikan tangan, melepas kepergian. Meski jarak memishkan, satu hal yang pasti, doa orang tua tak pernah ingkar janji.(PT Adaro Indonesia/elh)
Tags
PT Adaro Indonesia