Penuhi Ahli Gizi, Pemerintah Incar Sarjana dari 5 Prodi untuk Dapur MBG

AHLI GIZI: Pemerintah melonggarkan syarat ahli gizi yang bekerja di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) - Foto Net.

TOPRILIS.COM, JAKARTA - Pemerintah melonggarkan syarat ahli gizi yang bekerja di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG (Makan Bergizi Gratis). Posisi itu kini terbuka bagi sarjana (S1) lulusan dari 5 program studi (prodi) di bidang kesehatan.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan tidak menampik, jumlah ahli gizi yang ada saat ini cenderung belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur MBG. Ia lantas menyebut dua studi keahlian yang bisa menggantikan posisi tersebut.

"Kalau ahli gizi enggak ada, memang boleh juga sih masuk Sarjana Kesehatan (Masyarakat), kan dia juga belajar gizi. Sama Sarjana Teknologi Pangan, itu kan dia belajar gizi juga," ujarnya di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Rabu (3/12/2025).

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menambahkan, ahli gizi jadi kebutuhan yang tak bisa ditawar untuk operasional dapur SPPG, bersama dengan pegawai dapur dan akuntan.

Hanya saja, masing-masing dapur MBG kini tengah memperebutkan posisi ahli gizi yang cenderung langka. Oleh karenanya, pemerintah memperluas syarat untuk pekerjaan tersebut.

"Untuk ahli gizi selama ini selalu Sarjana Ilmu Gizi. Nah sekarang boleh Sarjana Kesehatan Masyarakat, Sarjana Teknologi Pangan, Sarjana Pengolahan Makanan, Sarjana Keamanan Pangan. Jadi ada lima program studi yang bisa mengisi ahli gizi, tapi ahli gizi wajib ada di SPPG," tegasnya.

Dadan mengutarakan, setidaknya satu unit dapur MBG wajib diisi oleh seorang ahli gizi. Sehingga total kebutuhan ahli gizi untuk program Makan Bergizi Gratis minimal 16.630 orang.

"Sesuai dengan SPPG, satu per SPPG. Jadi kalau sekarang ada 16.630 (dapur MBG), ya butuh 16.630 (orang ahli gizi)," kata Dadan.(liputan6.com/elh)

Muhammad Elhami

“sesobek catatan di antara perjalanan meraih yang kekal dan memaknai kesementaraan; semacam solilokui untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, berbagi keresahan dan kegetiran, keindahan dan kebahagiaan, agar hidup menjadi cukup berharga untuk tidak begitu saja dilewatkan”

Lebih baru Lebih lama