TOPRILIS.COM, KALTENG - Sebanyak 15 relawan Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) dari Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, mengikuti pelatihan Basic Fire and Rescue bersama PT Adaro Indonesia. Kegiatan yang digelar di Guest House Dahai Office Adaro, Rabu (8/10), berlangsung interaktif dan penuh antusiasme.
Peserta terdiri atas lima anggota Relawan Matabu Jaya (RMJ), tiga dari Relawan Mungkur Kandangan, dan tujuh anggota Sulung Rescue Tamiang Layang.
Perwakilan manajemen PT Adaro Indonesia, Aan Nurhadi, menyampaikan bahwa kehadiran para relawan menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
“Siklus kebencanaan harus didukung sumber daya yang memadai, mulai dari pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, hingga perbaikan berkelanjutan. Apa yang kita lakukan hari ini adalah bagian dari mitigasi dan kesiapsiagaan,” ujarnya.
Aan menambahkan, kemampuan dalam penanggulangan bahaya dan operasi penyelamatan membutuhkan pendidikan serta keterampilan yang cukup.
“Adaro memiliki tim ahli, yaitu Emergency Response Team (ERT), yang hari ini berbagi pengalaman melalui teori dan praktik dasar penanganan kebakaran serta penyelamatan,” imbuhnya.
Dari ERT Adaro, Arif Johar menekankan bahwa aspek keselamatan merupakan faktor utama bagi setiap tim penyelamat. “Sebelum menuju lokasi berbahaya, kita wajib melakukan penilaian bahaya. Keselamatan diri dan tim adalah prioritas utama,” jelasnya.
Dalam sesi teori, peserta mempelajari metode pemadaman api. Salah satu peserta, Syahrul dari RMJ, menanyakan cara memadamkan api apabila listrik masih menyala.
Arif menjawab, “Kita harus memastikan listrik di area tersebut sudah dipadamkan terlebih dahulu dengan berkoordinasi pada petugas atau orang sekitar. Utamakan matikan listrik lebih dulu.”
Sesi berikutnya dipandu oleh Huzain dari ERT yang mempraktikkan pertolongan pertama pada korban pendarahan dan patah tulang.
Ia menjelaskan, untuk menghentikan pendarahan langkah pertama adalah menekan luka menggunakan kain kasa, membalut dengan kain steril, dan mengangkat bagian tubuh yang terluka agar aliran darah melambat.
Sedangkan pada kasus patah tulang, Huzain menuturkan, “Jika patah pada tulang, pasang bidai di antara dua sendi. Jika yang patah adalah sendi, pasang bidai di antara dua tulang. Setelah itu buat pengikat atau kalung untuk menyangga tangan agar tidak menambah kerusakan.”
Ia menambahkan, bidai bisa dibuat dari bahan sederhana seperti kardus yang dilengkungkan, asalkan cukup kaku untuk menahan pergerakan tulang.
“Pastikan juga jari-jari tetap terlihat agar kita bisa memantau sirkulasi dan fungsi saraf dengan cara menekan kuku, menyentuh jari korban, atau meminta untuk menggerakkan jari,” ujarnya.
Salah satu peserta, Suriadiansyah dari Sulung Rescue Tamiang Layang, menyebut pelatihan ini menjadi pengalaman berharga bagi para relawan.
“Kami sangat berterima kasih kepada Adaro atas kesempatan ini. Selama menjadi relawan di Dusun Timur, Bartim, baru kali ini kami mendapat sosialisasi langsung dari tim profesional,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut agar relawan di daerah memiliki bekal pengetahuan yang lebih baik.
“Melalui pelatihan seperti ini kami mendapat gambaran tentang cara menangani korban, mulai dari luka, tabrakan, patah tangan, sampai gigitan ular. Semoga kegiatan ini bermanfaat dan kami bisa terus menimba ilmu,” tambahnya.
Diharapkan lahir relawan-relawan tangguh yang siap membantu masyarakat menghadapi situasi darurat dengan sigap dan tepat.(PT Adaro Indonesia/elh)