Lewat Lokakarya Inovatif, Yayasan Al Izzah Balangan Tingkatkan Kompetensi Numerasi Guru PAUD

LOKAKARYA: Lokakarya Numerasi bertajuk "Menumbuhkan Pohon Numerasi Sejak Dini" di Yayasan Al Izzah Balangan - Foto Dok Istimewa.

TOPRILIS.COM, KALSEL – Suasana di PAUD IT Permata Hati pada Sabtu (23/8) pagi terasa berbeda dari biasanya. Sebanyak 50 pendidik dari unit TPA, KB, dan TK di bawah naungan Yayasan Al Izzah Balangan tampak antusias mengikuti Lokakarya Numerasi bertajuk "Menumbuhkan Pohon Numerasi Sejak Dini".

Kegiatan ini dihelat sebagai respons atas tantangan rendahnya kemampuan numerasi dasar pada anak usia dini sekaligus upaya strategis yayasan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Yayasan Al Izzah Balangan, melalui Bidang Pembinaan dan Kepegawaiannya, secara khusus menggelar acara ini untuk membekali para pendidik dengan pemahaman dan strategi pembelajaran numerasi yang inovatif.

"Kemampuan numerasi adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki anak sejak usia dini," ujar Norlatipah, M.Pd., Pengurus Yayasan Bidang Pembinaan dan Kepegawaian, saat membuka acara.

Ia menekankan bahwa numerasi di tingkat PAUD bukan sekadar pengenalan angka, melainkan fondasi kemampuan berpikir logis dan memecahkan masalah dalam konteks sehari-hari.

Analogi "Pohon Numerasi" yang Menggugah

Lokakarya yang berlangsung dari pukul 08.30 hingga 11.45 WITA ini menghadirkan narasumber inspiratif, Reza Fahdina, M.M., seorang Analis SDM Aparatur yang memiliki latar belakang sebagai guru matematika berprestasi. Dengan metode ceramah, cerita, diskusi, dan simulasi yang interaktif, Reza berhasil memikat para peserta.

Konsep utama yang diusung adalah analogi "Pohon Numerasi", yang memposisikan PAUD sebagai "akar" atau fondasi dari keseluruhan proses belajar. "Setiap prestasi gemilang di puncak pohon (buah), berawal dari akar yang kuat dan sehat di dalam tanah," demikian filosofi yang dipaparkan dalam sesi tersebut.

Menurut Reza, akar numerasi bukanlah tentang menghafal angka, melainkan pengalaman nyata yang membangun logika, yaitu mencocokkan, memilah, mengurutkan, membandingkan, mengenali pola, dan kesadaran ruang.

"Sebagaimana sholat yang menjadi akar iman, numerasi adalah akar dari kemampuan berpikir logis. Tugas kita di PAUD adalah menanam dan merawat akar itu dengan baik," tegasnya.

Peran guru PAUD diibaratkan sebagai "petani" yang bertugas menyiram dengan stimulasi, memberi pupuk melalui pujian, dan menyiangi gulma, yakni kecemasan anak terhadap matematika.

Respons Positif dan Harapan ke Depan

Gagasan ini disambut hangat oleh para peserta. Nur Ikhsanifa, Kepala PAUD IT Permata Hati, mengaku mendapatkan perspektif baru.

"Dari pohon numerasi kami belajar bahwa PAUD punya peran yang super penting sebagai akar numerasi anak ke depannya, dan pendidik siap menjadi petani hebat," tuturnya.

Senada dengan itu, Helmaliana, peserta lainnya, merasa pemikirannya lebih terbuka.

"Alhamdulillah, pemateri menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami. Pemikiran saya menjadi lebih terbuka akan pentingnya numerasi bagi anak usia dini, terlebih berpikir logika untuk memecahkan masalah," katanya.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Yayasan Al Izzah Balangan, Tofik Ludiyanto, S.Pd., menggarisbawahi urgensi kegiatan ini.

Menurutnya, lokakarya ini adalah upaya nyata untuk memperkuat kompetensi guru dan mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila sejak dini.

"Tujuannya adalah membekali guru dengan strategi pembelajaran numerasi yang menyenangkan dan kontekstual, serta membangun fondasi berpikir logis, kritis, dan sistematis pada anak," jelas Tofik.

Sebagai tindak lanjut, ke depannya akan diadakan sharing session mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk menggali ide-ide kreatif dalam pembelajaran numerasi di tingkat PAUD. Dengan semangat yang terus menyala, para "petani" pendidikan di PAUD IT Permata Hati kini siap berkontribusi menumbuhkan pohon-pohon numerasi yang kokoh untuk masa depan generasi penerus.(rls/elhami)

Muhammad Elhami

“sesobek catatan di antara perjalanan meraih yang kekal dan memaknai kesementaraan; semacam solilokui untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, berbagi keresahan dan kegetiran, keindahan dan kebahagiaan, agar hidup menjadi cukup berharga untuk tidak begitu saja dilewatkan”

Lebih baru Lebih lama