![]() |
DUKUNGAN: PT Adaro Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung masyarakat adat dalam menjaga identitas dan sistem nilai yang mereka miliki - Foto Dok PT Adaro Indonesia. |
TOPRILIS.COM, KALSEL - Balai Adat Dayak Deah di Desa Liyu, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, menjadi ruang perjumpaan pada Jumat, 18 Juli 2025. Di situlah masyarakat kembali menghidupkan Mesiwah Pare Gumboh, sebuah tradisi yang telah mengakar sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap leluhur serta kehidupan bersama.
Sejak siang, warga dari berbagai penjuru berdatangan. Putra Putri Pariwisata Kabupaten Balangan menyambut tamu dengan ramah. Masyarakat berbondong-bondong hadir karena merasa memiliki. Mereka datang untuk menjadi bagian dari perayaan budaya yang sudah tujuh tahun berjalan.
Sejak pertama kali digelar pada 2019, ketika Desa Liyu masih menyandang status desa tertinggal, perayaan ini terus tumbuh. Kini, dengan menyandang predikat sebagai Desa Mandiri, perayaan ini menjadi penanda bahwa kebudayaan tak pernah berdiri sendiri. Ia berjalan seiring dengan pembangunan, dengan gotong royong sebagai ruh utamanya.
Dalam sambutannya, External Relations Division Head PT Adaro Indonesia, Rilando Kurniawan, menyampaikan bahwa kekuatan budaya yang hidup seperti inilah yang memperkuat daya tahan masyarakat.
Adaro, yang selama ini terlibat dalam penguatan komunitas, menyatakan komitmennya untuk terus mendukung masyarakat adat dalam menjaga identitas dan sistem nilai yang mereka miliki.
“Kami percaya bahwa kebersamaan antara perusahaan, masyarakat, dan budaya lokal adalah kunci keberlanjutan yang sejati,” lanjut Rilando.
Perwakilan Pemerintah Kabupaten Balangan, Sufriannor, selaku Penjabat Sekretaris Daerah, turut menyampaikan pandangan senada.
“Tanpa budaya, kita akan kehilangan jati diri,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pelajaran hidup berdampingan dengan alam, mengambil manfaat tanpa merusaknya, adalah sesuatu yang diwariskan oleh leluhur dan patut terus dijaga.
Tahun ini, MPG mengangkat tema “Meruwat Tradisi Sebagai Implementasi Ketahanan Pangan Budaya Dayak Deah.” Tidak hanya ritual, acara ini menjadi ruang temu antar generasi dan bentuk nyata kebanggaan terhadap identitas lokal.
Seperti dalam kata “gumboh” yang tersirat filosofi: segala sesuatu dilakukan bersama. Dan dari semangat itulah masyarakat Dayak Deah membangun masa depan mereka, dengan tetap berpijak pada akar yang mereka rawat bersama.(PT Adaro Indonesia/elh)
“Melalui gotong royong hingga ritual adat, tumbuh jaringan sosial yang saling menguatkan,” ucapnya.
Adaro, yang selama ini terlibat dalam penguatan komunitas, menyatakan komitmennya untuk terus mendukung masyarakat adat dalam menjaga identitas dan sistem nilai yang mereka miliki.
“Kami percaya bahwa kebersamaan antara perusahaan, masyarakat, dan budaya lokal adalah kunci keberlanjutan yang sejati,” lanjut Rilando.
Perwakilan Pemerintah Kabupaten Balangan, Sufriannor, selaku Penjabat Sekretaris Daerah, turut menyampaikan pandangan senada.
“Tanpa budaya, kita akan kehilangan jati diri,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pelajaran hidup berdampingan dengan alam, mengambil manfaat tanpa merusaknya, adalah sesuatu yang diwariskan oleh leluhur dan patut terus dijaga.
Tahun ini, MPG mengangkat tema “Meruwat Tradisi Sebagai Implementasi Ketahanan Pangan Budaya Dayak Deah.” Tidak hanya ritual, acara ini menjadi ruang temu antar generasi dan bentuk nyata kebanggaan terhadap identitas lokal.
Seperti dalam kata “gumboh” yang tersirat filosofi: segala sesuatu dilakukan bersama. Dan dari semangat itulah masyarakat Dayak Deah membangun masa depan mereka, dengan tetap berpijak pada akar yang mereka rawat bersama.(PT Adaro Indonesia/elh)
Tags
PT Adaro Indonesia