Kisah Perjuangan Yustina Merawat Bumi dari Ribang

MERAWAT: Perjuangan Yustina, penggerak bank sampah, bersama ibu-ibu lainnya merawat bumi Desa Ribang, yang terletak di Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong - Foto Dok Adaro.

TOPRILIS.COM, KALSEL - Empat tahun Yustina, penggerak bank sampah, bersama ibu-ibu lainnya terus berjuang menyelamatkan bumi tempat kita tinggal. Langkah yang dimulai dari lingkup kecil dan lingkup terdekat yang bisa tergapai. Kisah dan prestasi mereka dalam mengolah sampah, mesti disebar agar terdengar luas dan jadi motor penggerak desa-desa lain.

Di tengah desa kecil yang berhimpitan di antara hijau pepohonan, terdapat sebuah kisah perjuangan dan kesungguhan dalam membuat bumi asri. Itu adalah Desa Ribang, yang terletak di Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong.

Siang itu (3/4) Yustina sudah siap menanti kedatangan kami di depan Kantor Kepala Desa Ribang. Hari itu kami diajak melihat bagaimana sampah diolah di sebuah tempat pengolahan berukuran 8 x 5 meter. Kami juga dikenalkan dengan penggerak bank sampah yang didominasi oleh para perempuan hebat. Ada Sri Utari Kepala Desa Ribang yang selalu siap membantu seluruh kegiatan bank sampah. Ada juga Nurhasannah, Direktur Bank Sampah, dengan segudang inovasinya dalam menyulap sampah jadi barang bernilai guna.

Data penduduk tahun 2019, menyebut Desa Ribang memiliki 1.909 jiwa. Desa ini mungkin tidak memperlihatkan kepadatan yang mencolok. Namun, tantangan yang mereka hadapi, terutama terkait dengan sampah, adalah sesuatu yang serius.

“Sampah menjadi prioritas untuk ditangani. Kami membentuk kelompok bank sampah untuk menanganinya,” ujar Sri.

Sadar akan bahaya sampah bagi lingkungan, lima orang ibu-ibu tergerak menginisiasi kelompok bank sampah yang mereka namai Bank Sampah Ribang Bersinar.

“Empat tahun berdiri bermula dari kesadaran lima orang ibu-ibu yang kemudian menggagas bank sampah,” terang Yustina.

Langkah ini, meski sederhana, telah mengubah paradigma masyarakat sekitar. Dukungan dari pemerintah daerah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong, dan bahkan Adaro, telah memberikan dorongan besar bagi Bank Sampah Ribang Bersinar dalam mengatasi masalah sampah ini.

Tapi cerita ini tidak berhenti di situ. Nurhasanah mengungkapkan perjuangan mereka sejak awal berdiri pada tahun 2020. Dengan hanya 12 pengurus, mayoritas adalah perempuan (10 perempuan dan 2 laki-laki), mereka secara gigih melakukan pemilahan sampah setiap minggunya.

“Kami berkegiatan dua kali dalam seminggu. Satu hari pemilahan, hari lainnya penimbangan keliling,” cerita Nurhasanah.

Pemilahan sampah yang dilakukan cukup menghasilkan. Nurhasanah bercerita hingga saat ini rata-rata hasil pilah sampah mencapai 416 kg/bulan. Dengan pendapatan dari penjualan sampah ke pengepul dan iuran pengambilan sampah sebesar Rp 1.109.000/bulan.

Meski memiliki sedikit pengurus, tidak mengurangi niat dan menyurutkan semangat mereka dalam mengolah sampah. Hal ini terbukti dengan prestasi yang mereka raih.

“Di tahun pertama kami meraih prestasi menjadi bank sampah terbaik dalam pelayanan dan administrasi,” ujar Yustina.

Selama empat tahun berdiri, Bank Sampah Ribang Bersinar telah mengalami banyak perubahan. Dari yang awalnya mereka berkegiatan secara swadaya, hingga akhirnya mendapat dukungan penuh dari pihak terkait.


Kesadaran masyarakat juga telah meningkat secara signifikan. Dulu mereka harus berjuang keras untuk mengajak masyarakat memilah sampah, namun sekarang hampir semua warga turut serta dalam menjaga lingkungan. Adanya kegiatan penjualan dan inovasi produk dari sampah, seperti eco-brick dan tas-tas kreatif, juga telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

“Kami meningkatkan kreativitas dengan membuat berbagai macam tas dari kemasan plastik. Ada tas ransel, tas belanja, hingga tas selempang,” terang Yustina.

Tak hanya sampah plastik, mereka juga memanfaatkan minyak jelantah menjadi lilin aroma terapi dan membuat eco-enzim yang bermanfaat bagi petani dalam memupuk tanaman.

“Karena sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Ribang adalah petani,” tambah Yustina.

Dengan segala inovasi dan upaya yang mereka lakukan, Bank Sampah Ribang Bersinar berhasil meraih berbagai penghargaan, termasuk penghargaan Sasangga Banua.

Di balik prestasi gemilang ini, kesadaran masyarakat menjadi kunci utama. Mereka rela membayar untuk pengangkutan sampah dan masuk ke Pendapatan Asli Desa (PAD) sebagai bentuk dukungan terhadap program ini. Semboyan mereka, "Sampahku adalah tanggung jawabku," menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menjaga lingkungan tetap asri dan lestari.

Kisah Desa Ribang ini adalah cerminan dari perjuangan yang tak kenal lelah dalam menjaga bumi tempat kita tinggal. Di Hari Bumi ini, mari kita semua mengambil inspirasi dari mereka dan berkomitmen untuk turut serta dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang lebih baik.(rls/elhami)


Muhammad Elhami

“sesobek catatan di antara perjalanan meraih yang kekal dan memaknai kesementaraan; semacam solilokui untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, berbagi keresahan dan kegetiran, keindahan dan kebahagiaan, agar hidup menjadi cukup berharga untuk tidak begitu saja dilewatkan”

Lebih baru Lebih lama